THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Minggu, 23 Januari 2011

Peran Media Dalam Membentuk Tingkah Remaja

pasti hampir semua dari kita (yang menonton TV serta mengikuti berita di Internet) mengetahui tentang video keong racun yang sebenarnya adalah video lipsync dari 2 orang remaja yang awalnya iseng, tapi berbuah ketenaran. efek dari keong racun ini menyebar bak virus ke seluruh penjuru Indonesia tanpa ada yang bisa mencegahnya. orang-orang menyanyikan bahkan meniru goyang (gerakan tubuh) dari sinta dan jojo.
atau iklan salah satu produk mie instant yang menyebutkan “aku gag punya papaaaa…..” dengan nada memelas dari seorang anak kecil. hal inipun juga ditiru oleh masyarakat kita, bukan cuma anak-anak, bahkan orang dewasa. dan karena pengaruhnya yang buruk bagi anak, maka kata-kata dalam iklan itupun diganti.
hal ini hanyalah sebuah contoh kecil dari efek media bagi kehidupan kita. jika kita menilik lebih jauh lagi, banyak contoh-contoh lain dari efek positif maupun negatif dari media.
sebenarnya apa yang terjadi? apakah masyarakat kita yang latah? ataukah medianya yang salah?
untuk menjawab itu semua, mari kita kaji dahulu tentang bagaimana sebenarnya kepribadian manusia sehingga bisa dengan mudahnya meng-copy/paste apa yang dilihat, di dengar dan dirasa olehnya.
pada intinya manusia itu merupakan makhluk yang melakukan modelling (meniru). modelling ini sangat besar pengaruhnya pada anak-anak. karena masa kanak-kanak menrupakan masa di mana mereka tumbuh berdasarkan apa yang dilihat, dengar dan rasa. maka tidak heran ada istilah “anak adalah copy-an orang tua”. pepatah ini tidaklah salah, karena memang anak meniru apa yang dilihat dari orang tuanya. dalam teori psikologi hal ini dibenarkan.
jika hal yang dicontohnya itu baik, maka baiklah anak tersebut, tetapi jika jelek, maka jeleklah apa anak tersebut. kita ambil contoh balita bernama SW di malang yang di umurnya belum mencapai 5 tahun, tetapi sudah terbiasa merokok maupun minum minuman keras serta berkata vulgar. hal ini terjadi karena ia belajar dari lingkungannya yang berada di jalanan dengan orang-orang yang tidak memberi pejaran dengan baik.
nah, sekarang apa hubungan perilaku meniru (modelling) dengan media?
tidak bisa kita pungkiri media memiliki peran besar bagi kehidupan kita. jendela informasi seluas-luasnya terbuka bagi kita melalui media, baik televisi, media cetak, radio, maupun internet. akan tetapi dibalik keuntungan media bagi kita, tersembunyi sisi jahat media yang bisa menjadi bumerang bagi masyarakat sendiri.
contoh gampang, pornografi dan kekerasan. banyak dari anak-anak (termasuk remaja) melakukan tindakan kekerasan serta tindakan asusila berawal dari media. mereka dengan bebas meihat konten-konten kekerasan dan pornografi tanpa pengawasan orang tua, kemudian karena anak dan remaja belum bisa menggunakan akal sehatnya dan emosinya secara matang, maka yang terjadi apa yang dilihatnya itu dikonversikan menjadi perilaku nyata. maka terjadilah apa yang sering kita dengar dan lihat di berita (pemerkosaan, remaja mesum, tawuran, penusukan, dll).
berarti mediakah yang salah?
kita tidak bisa berkata media yang salah atau si anak yang salah atau orang tua yang salah. sekali lagi tidak. mengapa? karena semua memiliki keterkaitan satu dengan yang lain. dimulai dari peran orang tua. seharusnya orang tua membekali anak dengan pengetahuan-pengetahuan dan melakukan pengawasan terhadap apa yang dilakukan anak. pengawasan di sini bukan berarti orang tua mengekang anak, tetapi memberi anak kepercayaan sesuai umurnya dan mengetahui apa yang dilakukan anak diluar “pengawasan mata” orang tua. selanjutnya media. media memiliki peran sangat vital bagi perkembangan anak. karena kemudahan akses media membuat anak bisa mengakses apapun yang ingin dilihatnya, walaupun itu belum sesuai dengan tingkat perkembangannya. media bertanggungjawab atas tayangan-tayangan yang ditayangkan di televisi maupun media cetak. karena apa yang dilihat akan direkam dlam memori anak dan anak akan berusaha mencari tahu saat ada kesempatan. sebab anak-anak dan remaja berada dalam fase perkembangan dimana mereka memiliki rasa ingin tahu akan segala hal. khusus untuk internet, merupakan tanggungjawab pengusaha warnet untuk membuat regulasi tentang anak-anak (terutama anak sekolah) tentang akses internet. misalnya dengan mengharuskan anak dibawah 17 tahun didampingi oleh orang dewasa saat mengakses internet, dan akan lebih baik jika konten-konten dan kanal-kanal yang memiliki link dengan konten porno di block (menutup akses). sedangkan bagi internet rumahan, sebaiknya orang tua mendampingi anak saat mengakses internet.
terakhir kontrol lingkungan. kontrol dari lingkungan sangat membantu dalam menjadikan seorang anak menjadi baik atau buruk. dengan lingkungan yang baik, maka si anak akan belajar untuk menjadi baik. akan tetapi jika lingkungan si anak tidak kondusif, maka si anak cenderung akan menajdi anak yang tidak baik. lingkungan di sini bukan hanya lingkungan rumah, tetapi juga lingkungan sekolah dan juga lingkungan pertemanan.
nah, sekarang apa yang harus dilakukan?
seperti yang sudah saya ungkapkan tadi, semua pihak terkait satu dengan yang lainnya. maka semua peihak menjadi bertanggungjawab terhadap perkembangan si anak. idealnya, pemerintah mengatur ulang regulasi tentang media (cetak maupun elektronik) dan orang tua serta lingkungan melakukan pengawasan terhadap anak dan media. misalnya, jika mengetahui suatu warnet membiarkan user nya mengakses konten yang tidak baik untuk anak dibawah umur, maka sebaiknya warga menegur pemilik usaha warnet tersebut. begitu juga jika menemui siaran Tv yang tidak sesuai (tidak mendidik), maka masyarakat dianjurkan melaporkan ke KPI (komisi penyiaran indonesia). hal ini tentunya juga didukung dengan membekali anak dengan pengetahuan serta iman yang cukup agar bisa menangkal pengaruh-pengaruh negatif dari lingkungannya. dalam hal ini keluarga dan guru lebih dikedepankan.
nah, sekarang sudah terjawab kan siapa yang salah? untuk itu marilah kita bersama-sama menjadikan anak-anak muda Indonesia menjadi pribadi yang berakhlak mulia dan bermoral. karena jika pemuda suatu bangsa sudah rusak, maka akan hancurlah negara tersebut. sebab pemuda merupakan generasi yang anak mewarisi tongkat estafet suatu bangsa. janganlah kita menjadikan mereka “korban” media.
untuk itu, marilah kita lebih bijak dalam menggunakan media, baik untuk diri kita, maupun bagi keluarga dan lingkungan kita. sebab media bisa diibaratkan sebuah pedang. dia akan menjadi jahat jika digunakan untuk membunuh atau merampok, tetapi akan menjadi bernilai positif jika digunakan untuk membela kebenaran.

0 komentar: